Konselpos.com || POSO, SULTENG – Di jantung Lembah Bada yang sejuk dan subur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, berdiri megah rumah-rumah kayu yang sarat makna dan sejarah. Rumah adat Tambi, milik suku Lore, bukan sekadar bangunan—ia adalah warisan leluhur yang menyimpan cerita ribuan tahun lalu sejak masa prasejarah atau megalitik.
Arsitektur yang Penuh Makna
Rumah Tambi memiliki bentuk panggung dengan atap unik menyerupai piramida atau jamur besar. Ciri khas ini bukan hanya tampak estetis, tetapi juga memiliki fungsi penting: melindungi penghuni dari panas, hujan, hingga gempa bumi dan banjir yang sering terjadi di lembah. Konstruksinya menggunakan kayu bonati, dikenal kuat dan tahan lama. Atapnya terbuat dari daun rumbia atau ijuk, bahan alami yang mampu menahan cuaca ekstrem.
Yang tak kalah menarik, tangga rumah Tambi dapat dilepas, terbuat dari batang kayu bulat dan selalu berjumlah ganjil—tiga atau lima. Ini bukan tanpa alasan. Bagi masyarakat Lore, angka ganjil dipercaya membawa perlindungan spiritual.
Jejak Sejarah dari Masa Megalitikum
Dipercaya telah berdiri sejak masa megalitik, rumah Tambi merupakan cerminan kearifan lokal yang luar biasa. Di masa itu, suku Lore sudah memahami pentingnya adaptasi lingkungan. Atap tinggi, fondasi panggung, hingga ventilasi alami adalah teknologi tradisional yang diwariskan turun-temurun.
Lebih dari itu, rumah Tambi adalah bagian dari identitas budaya suku Lore. Ia bukan hanya tempat tinggal, tapi juga pusat kehidupan: mulai dari tempat berkumpul keluarga, menyimpan hasil panen, hingga menjalankan ritual adat dan keagamaan.
Fungsi dan Simbolisme
Selain sebagai hunian, beberapa rumah Tambi khusus, yang disebut Tambi Ponembaa, difungsikan sebagai tempat ibadah. Di dalamnya terdapat ruang suci untuk upacara adat dan doa leluhur.
Rumah Tambi juga sering dihiasi ornamen simbolik, seperti tanduk atau kepala kerbau, yang diyakini melambangkan kekayaan dan kekuatan pemilik rumah.
Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan
Bagi suku Lore, rumah Tambi adalah lambang kebanggaan dan identitas yang melekat kuat. Meski zaman telah berubah, rumah ini masih berdiri sebagai pengingat akan betapa berharganya nilai-nilai kearifan lokal. Sayangnya, tidak banyak rumah Tambi yang tersisa, sehingga pelestariannya menjadi tanggung jawab kita bersama.
Sebagaimana disampaikan oleh Jonathan Tokii, pemerhati budaya Tanpo Bada Lore dari Palu, rumah Tambi bukan hanya soal kayu dan atap, tapi tentang jiwa dan sejarah yang hidup di dalamnya.
---
Penulis: Redaksi KonselposTV – Arsan Tonto
